Berlomba Dalam Kebaikan - FKDI Indonesia

Wednesday, March 22, 2017

Berlomba Dalam Kebaikan


Materi : Tazkiyyatun nafs | *_Berlomba Dalam Kebaikan_* | Rumah Rehab Bekasi Timur 1438 H
Muwajjih : Ustadz Abu Thalhah
Edisi : Senin, 20 Maret 2017



إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

Kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara untuk menuju kehidupan yang hakiki, hidup yang kekal abadi, yaitu kehidupan di akhirat kelak. Tentu setiap kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di negeri kekekalan tersebut.

Keselamatan yang dimaksud adalah selamat dari siksa api neraka dan dapat menghuni negeri karamah, surga Allah yang seluas langit-langit dan bumi. Agar selamat tentu tidak bisa dengan sekedar angan-angan dan khayalan tanpa amalan karena surga tidak bisa dibeli dengan apa pun. Dengan harta yang paling mahal sekalipun. Akan tetapi surga hanya bisa diraih dengan rahmat Allah.

Dan rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang beriman yang berbuat kebajikan. Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:
_“Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan”._ (al A’raf: 56)

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita. Kita juga tidak tahu kapan utusan Allah datang menjemput kita. Oleh karena itu, bersegera melakukan amalan kebaikan menjadi sebuah kemestian.

Apalagi Allah subhaanahu wa ta'ala telah memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia:
_“Maka berlomba-lombalah kalian kepada amalan-amalan kebaikan”._ (al-Baqarah: 148)

_“Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit-langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”._ (Ali Imran: 133)
[20/03 20:08] Yetty Yulia: وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

_“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”._ (QS.Al-Muthaffifin :26).

Seorang muslim sejati selalu berlomba-lomba dalam ketaatan, dan selalu bersegera dalam kebaikan, *karena umur itu pendek dan ajal itu terbatas*, seorang yang pandai dan berakal selalu bersegera sebelum datangnya halangan dan rintangan ; *sungguh tidaklah sama antara yang bersegera menuju kebaikan dan yang berlambat-lambat*, juga antara yang berlomba-lomba kepada keutamaan dan yang memberatkan diri kepadanya.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam senantiasa membangkitkan semangat saling berlomba-lomba kepada para sahabatnya, agar mereka menaiki tangga yang menyampaikan mereka kepada tujuan, serta menggambarkan kepada mereka tujuan-tujuan yang tinggi dalam hadits-hadits yang tak terhitung jumlahnya ; diantaranya : sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
_“Tidak ada saling berlomba diantara kalian kecuali pada dua perkara : Seorang laki-laki yang *Allah Azza wa Jalla karuniakan kepadanya hafalan Al-Qur'an dan ia membacanya dalam shalat siang dan malam*, serta mengikuti isinya, kemudian seorang laki-laki lain berkata : jika Allah mengaruniakan kepadaku seperti apa yang ia karuniakan kepada Fulan, maka aku akan mengerjakan seperti apa yang dikerjakan oleh Fulan, *dan seorang laki-laki yang Allah karuniakan kepadanya harta dan ia berinfak dan bersedekah*, kemudian berkata laki-laki lain seperti apa yang diucapkan yang tadi”_ (HR.Thabrani).

Belajar dari dua sahabat yang mulia ; ummat terbaik setelah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam Abu Bakar dan Umar radhiyallaahu 'anhum maka sungguh telah melompat jauh semangat mereka dalam medan perlombaan, dan mereka telah mencapai derajat yang tinggi dengan amalan-amalan mereka, dan tidak akan ada seorang pun yang akan mampu mecapai derajat mereka berdua.

_Umar bin Khattab radiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam suatu saat pernah menyuruh kami bersedekah, dan kebetulan waktu itu aku sedang memilik harta, maka aku mengatakan, hari ini aku akan mendahului Abu Bakar jika aku dapat mendahuluinya sehari saja, ia berkata : maka aku datang dengan separuh hartaku, maka Rasulullah bertanya : apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Aku mengatakan : seperti itu juga, kemudian Abu Bakar datang dengan semua harta miliknya, maka Rasulullah bertanya kepadanya : apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Ia menjawab : *aku sisakan untuk mereka Allah dan RasulNya*. Saya berkata :  demi Allah saya tidak akan mampu untuk mendahuluinya kepada sesuatu apapun selamanya_. (HR.Tirmidzi dan ia mengomentari hadits ini hasan dan sahih)

Perlombaan yang terpuji ini akan melahirkan sifat untuk selalu maju, memperkuat ambisi, dan menambah banyak pertumbuhan dan keberhasilan, seorang muslim akan merasakan tawar dengannya sesuatu yang pahit, dan akan membuat mereka menganggap dekat sesuatu yang jauh, dan membuat mereka lupa segala rintangan, dan dengan saling berlomba seseorang akan terangkat  ke derajat yang tinggi ketika dibangun di atas niat yang ikhlas dan benar, serta bersih dari kotoran-kotoran hati yang dapat merusak amalan, dan menjadikannya debu yang beterbangan.

Adapun jika semangat saling berlomba ini mati, maka ia akan menjadikan umat ini menjadi masyarakat yang loyo dan lemah, yang dipenuhi dengan sifat malas dan terbelakang, juga akan melahirkan para pengangguran  serta membuat generasi lemah dan patah semangat.

Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, _“Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat”._

Wuhaib bin Al Ward rahimahullah mengatakan, _“Jika engkau mampu tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah”._

Sebagian salaf mengatakan, _“Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu, seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini”._

*Coba kita bayangkan keadaan kita saat ini. Tidak ada rasa sedih. Tidak ada rasa dikalahkan. Perasaan hanya biasa-biasa saja jika ada yang mengungguli kita dalam hal akhirat. Akhirnya, untuk menggapai surga pun menjadi lemah. Kemanakah hati yang lemah? Yang Allah tunjukilah kami ke jalan-Mu!*

Muhassabahlah diri kita ini dengan hikmah perkataan salah seorang sahabat ketika perang Uhud, ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam :

أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فَأَيْنَ أَنَا؟ قَالَ: فِي الْجَنَّةِ. فَأَلْقَى تَمَرَاتٍ كُنَّ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ

_“Apa pendapat Anda jika aku terbunuh, di manakah tempatku? *'Di surga'* jawab Rasulullah. Orang itu pun membuang beberapa butir kurma yang ada di tangannya. Ia kemudian maju berperang hingga terbunuh”._
(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Semoga bermanfaat dan bukakan pintu maaf atas kekasaran jiwa ini..

Baarakallaahu fiikum

No comments:

Post a Comment