
*Materi Tazkiyyatun nafs |Hijaban Masthuro*
"Dan kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.”_ [Al-Isra`: 82]"
_“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah juga menurunkan penawarnya”_ [H.R. Al-Bukhari]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengawali arahannya dengan sebuah obat yang sangat mujarab. Obat yang tidak hanya manjur untuk penyakit lahiriah. Penyakit batin pun tak ketinggalan. Tak hanya penyakit ringan yang bisa ditanggulangi. Penyakit kronis dan parah pun bisa hilang tak berbekas. Bahkan tak jarang, obat ini memiliki reaksi lebih cepat daripada obat biasa. Memang obat ini luar biasa. *Doa*. Namun tidak sembarang doa dikabulkan oleh Yang Mahakuasa. Ada syarat-syarat dan ketentuan agar doa menjadi manjur mujarab.
Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkannya dalam kitabnya. Lalu, beliau pun masuk pada cara pengobatan secara spesifik. Beliau mengatakan, mengobati hal ini harus dari dua jalan: _memutus sebab terjadinya, dan mencabut penyakit setelah terjadi_. Keduanya harus dijalankan demi suksesnya penyembuhan si sakit.
*Memutus sebab terjadinya bisa dilaksanakan dari tiga sisi:*
*1.* Ghadhdhul bashar, merendahkan pandangan, tidak melihat apa yang menariknya kepada kubangan penyakit syahwat itu.
*2.* Menyibukkan hati dengan cinta hakiki. Karena, jatuh hati kepada syahwat bisa terjadi saat hati itu kosong. Belum ada cinta yang bersemi indah di hatinya. Saat itulah, cinta syahwat pun menguasai dirinya. Tidak akan hilang cinta syahwat itu hingga datang cinta yang lebih dahsyat lagi. Maka dari itu, dia tidak akan selamat jika tidak mengambil langkah untuk mencintai Dzat yang Maha Pengasih.
*3.* Menjaga bersitan hati. Memang ini sulit. Namun inilah permulaan kebaikan dan kejelekan. Jika bersitan hati terkendali, anggota badan pun aman terkendali.
Ketiga hal ini harus dilakukan jika ingin sembuh dari penyakit ini. Usaha menghilangkan penyakit sekuat apa pun tidak akan berarti jika sebab terjadinya penyakit tidak dipatahkan. Namun tidak hanya mereka yang sudah terkena penyakit, yang masih sehat wal afiat dan tetap ingin seperti itu juga wajib melaksanakan semua ini.
Termasuk perkara yang seharusnya diketahui bahwasanya *dosa dan kemaksiatan pasti menimbulkan mudharat atau kerugian*. Mudharatnya bagi hati seperti mudharat yang ditimbulkan oleh racun bagi tubuh, yaitu memiliki tingkatan yang beragam. Ali bin Ja’ad menuturkan: Kami diberi tahu Syu’bah dari Amr bin Murrah, dia berkata: Aku mendengar Abul Bukhturi mengatakan: Aku diberitahu oleh salah seorang yang pernah mendengar Sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda: _*“Manusia tidak akan binasa hingga diri mereka banyak berbuat dosa"*_ *Dalam Musnad-nya (no.130). Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/260) dan Abu Dawud (no.4347) dengan sanad yang shahih.
Disebutkan dalam al-Musnad dan Jaami’ut Tirmidzi, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radiallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
_"Jika seorang Mukmin berbuat satu dosa, maka diberikan satu titik hitam dalam hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut, dan memohon ampunan, maka hatinya menghilap kembali. *Sekiranya ia bertambah melakukan dosa, titik hitam itu juga bertambah, hingga akhirnya menutupi hatinya*"_. Inilah tutup yang disebutkan Allah Subhaanahu wa ta’ala: _“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”._ *HR. Ahmad (II/297), At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selainnya dengan sanad hasan. *(QS. Muthaffifiin: 14)
Imam Ahmad juga menyebutkan dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
_*“Berhati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa yang sepele (kecil). Sesungguhnya dosa itu (bisa) bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang hingga membinasakannya”*_ * [HR Ahmad (V-331), ath-Thabrani dalam al-Kabiir (5872), ash-Shaghiir (II/49), serta al-Ausath (5080- Majma’ul Bahrain) dengan sanad shahih] *1. Maksiat Menghalangi Masuknya Ilmu*. Ilmu adalah cahaya yang Allah masukan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut.
Imam As-Syafi’i berkata dalam syairnya: Aku mengadu pada Waki’ tentang buruknya hafalanku, dia menasihatiku agar aku tinggalkan kemaksiatan. Dia pun berkata: _“Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu karunia, dan *karunia Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat*”_ [Lihat Diiwaan asy-Syafi’i (hal. 54), al-Fawaa-idul Bahiyyah (hal. 223), dan syarh Tsulaatsiyyaatil Musnad (I/769)]
*2. Maksiat Menghalangi Datangnya Rizki* Sebagaimana takwa kepada Allah adalah perkara yang mendatangkan rizki, *maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran*.
*_Kata seorang penyair:_*
_Apabila engkau telah merasa hampa karena dosa; Maka tinggalkanlah ia, jika kau mau, dan raihlah kebahagiaan_.
*4. Maksiat Mengakibatkan Pelakunya Terasa Asing di Antara Orang-Orang Baik* Merasa terasing dari orang lain pasti dialami pelaku maksiat, terutama terhadap orang-orang baik di antara mereka. Pelaku maksiat semakin dekat dengan _hizbusy syaithan_ (golongan syaitan) sesuai dengan kadar jauhnya dia dari _hizbur Rahmaan_ (golongan Allah).
Disebutkan dalam al-Musnad, dari Tsuban, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: *_“Sesungguhnya seseorang itu benar-benar terhalangi dari rizki karena dosa yang dilakukannya”_*
[Al-Musnad (V/277). Hadist ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah (4022), al-Hakim, Ibnu Abi Syaibah, dan lainnya].
*3. Maksiat Menyebabkan Kehampaan Hati* dari Mengingat Allah Meskipun seluruh kelezatan dunia terkumpul padanya, tetap saja tidak akan mampu menutupi rasa hampa tersebut. *Tidak ada yang terasa lebih pahit bagi hati daripada kehampaan yang disebabkan dosa di atas dosa*.
_*Sebagian para salaf berkata:*_
_“Aku pernah bermaksiat kepada Allah, lalu kurasakan bahwa kemaksiatan itu memengaruhi *tingkah laku istri* dan *hewan tungganganku*”_.
*5. Maksiat Membuat Semua Urusan Dipersulit*,Sekiranya orang itu bertakwa kepada Allah, niscaya urusannya dipermudah oleh-Nya. Begitu pula sebaliknya, siapa yang mengabaikan takwa niscaya urusannya akan dipersulit oleh-Nya. Bagaimana mungkin seorang hamba menyaksikan pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan tertutup serta jalan-jalan menjadi sulit, tetapi dia tidak mengetahui dari mana asalnya?
*6. Maksiat Menghadirkan Kegelapan ke Dalam Hati Pelakunya*. Pelaku maksiat merasakan kegelapan di dalam hatinya sebagaimana merasakan gelapnya malam jika telah larut. Ketaatan adalah cajaya dan maksiat adalah kegelapan. Jika kegelapan menguat, maka kebingungan juga bertambah sehingga pelakunya terjatuh dalam berbagai bid’ah dan perkara yang membinasakan, sedangkan ia tidak menyadarinya. *Kegelapan maksiat akan menguat hingga terlihat di mata, lalu menguat lagi sampai menyelimuti wajah, dan menjadi tanda hitam, hingga setiap orang mampu melihatnya*.
*7. Maksiat Melemahkan Hati dan Badan*, Dampak buruk maksiat dengan melemahnya hari merupakan perkara yang tampak dengan jelas, bahkan akan senantiasa memperlemahnya hingga berhasil memadamkan cahaya hati secara keseluruhan. Adapun pengaruhnya yang melemahkan badan dikarenakan kekuatan seseorang Mukmin bersumber dari hati. Jika hatinya kuat, maka badannya juga demikian. Adapun orang yang berdosa adalah orang yang paling lemah ketika dibutuhkan, meskipun memiliki tubuh yang kuat.
*8. Maksiat Menghalangi Ketaatan* Banyak sekali ketaatan yang terputus karena dosa. Padahal, satu ketaatan, lebih baik daripada dunia beserta isinya. Hal ini bagaikan seseorang yang memakan suatu hidangan yang menyebabkannya sakit berkepanjanngan sehingga ia tidak bisa lagi menikmati berbagai hidangan yang lebih enak daripada hidangan tadi.
*9. Kemaksiatan Memperpendek Umur dan Menghilangkan Keberkahannya* Jika seseorang berpaling dari Allah dan sibuk dengan kemaksiatan maka sirnalah kehidupan hakikinya yang kelak dia temui. Pelakunya akan merasakan akibat kemaksiatan tersebut pada hari ketika ia mengungkapkan penyesalannya. Rahasia masalah ini terletak pada pengertian umur manusia sebagai masa hidupnya. Tidak ada kehidupan baginya kecuali dengan mendekatkan diri kepada Rabbnya, menikmati dzikir dan kecintaan kepada-Nya, serta mengutamakan ridha-Nya.
QS. Al-Fajr : 24 ) : _“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini”_.
*10. Kemaksiatan Akan Melahirkan Kemaksiatan Lain yang Semisalnya* Kemaksiatan akan menanam benih kemaksiatan lain yang semisalnya. Sebagaimana melahirkan sebagian yang lain. Sampai-sampai, pelakunya merasa sulit untuk meninggalkan dan keluar dari maksiat tersebut.
*Perkataan Salaf :*
_“ *Hukuman dari keburukan adalah munculnya keburukan setelahnya*, sedangkan ganjaran dari kebaikan adalah munculnya kebaikan sesudahnya. Jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka kebaikan lain akan berkata kepadanya “amalkan aku juga.” Apabila ia melakukannya, maka kebaikan yang lain lagi akan mengatakan hal serupa, demikianlah seterusnya. Alhasil, berlipatgandalah keuntungannya dan bertambahlah kebaikannya. Demikian pula dengan maksiat. Hal ini terus berlangsung hingga ketaatan atau kemaksiatan menjadi suatu sifat dan kebiasaan yang melekat dan tetap pada diri seseorang”_.
Al-Hasan bin Hani dalam syairnya : _“Segelas (khamer) yang kuminum terasa lezat, Namun berikutnya hanyalah penyembuh dari yang pertama”_.
*Al-Hasan bin Hani adalah Abu Nuwas (di Indonesia disebut Abu Nawas) yang meninggal pada tahun 198 H. .
*11. Maksiat Melemahkan Jiwa* Dampak inilah yang paling dikhawatirkan menimpa seorang hamba, yaitu lemahnya hati dari kehendaknya akibat maksiat. Keinginan untuk bermaksiat semakin menguat, sedangkan keinginan untuk bertaubat semakin melemah, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya keinginan untuk bertaubat hilang secara keseluruhan. Kelemahan hati seperti ini termasuk penyakit terbesar yang paling dekat dengan kebinasaan.
*12. Maksiat Menyebabkan Hati Tidak Lagi Menganggapnya Sebagai Perkara yang Buruk*, Hati tidak lagi menganggap kemaksiatan sebagai perkara yang buruk karena telah menjadi suatu kebiasaan. Sampai-sampai salah seorang dari mereka berbangga diri dengan maksiat dan menceritakannya kepada orang yang tidak mengetahui bahwa ia melakukan maksiat. Akibatnya, dia terhalang dari jalan menuju taubat dan pintu-pintunya pun biasanya telah tertutup.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallaM bersabda: _“Setiap umatku dilindungi, kecuali *al-mujaahiruun* (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Termasuk sikap menampakkan maksiat adalah ketika Allah menutupi (maksiat) hamba-Nya (pada malam hari), kemudian di pagi harinya dia memaparkannya dan berkata “wahai fulan, pada hari ini dan itu aku telah melakukan begini dan begitu.” Ia membongkar kejelekan dirinya sendiri, padahal pada malam hari Rabbnya telah menutupinya”_.
[Hadist Riwayat Al-Bukhari (no. 5721) dan Muslim (no. 2990)]
*13. Maksiat Adalah Penyebab Kehinaan Seorang Hamba*, Jika seseorang telah hina di hadapan Allah, maka tidak ada seorang pun yang akan memuliakannya.
Allah berfirman dalam surah Al Hajj ayat 18: _“… dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya…”_
Apabila ternyata ada orang-orang yang memuliakannya secara lahir, maka itu pasti dikarenakan mereka memiliki hajat terhadapnya, atau takut dengan kejahatannya, padahal dia adalah orang yang paling rendah dan hina di hati mereka. Seorang hamba terus-menerus melakukan maksiat sehingga maksiat tersebut terasa remeh dan kecil dalam hatinya. Itulah tanda-tanda kebinasaan. Dosa, jika terasa semakin kecil dalam hati seorang hamba, maka ia (dosa tersebut) semakin besar di sisi Allah Subhaanahu wa ta’ala.
*14. Maksiat Menyebabkan Kesialan Pelaku maksiat tersebut* dan yang berada di sekitarnya akan terbakar oleh kesialan dosa dan kezhaliman.
Abu Hurairah berkata : _“Sungguh, burung hubara (yang panjang lehernya) bisa mati dalam sarangnya disebabkan kezhaliman orang yang zhalim”_.
Ikrimah berkata : _“Binatang-binatang melata dan serangga-serangga di bumi, sampai kumbang dan kalajengking berkata, “kami terhalang dari hujan disebabkan oleh dosa anak Adam”_.
Pelaku maksiat tidak hanya mendapatkan hukuman dari dosanya tetapi juga mendapat laknat dari yang tidak berdosa
*15. Maksiat Mewariskan Kehinaan* Di antara dampak maksiat adalah mewariskan kehinaan, karena sebenar-benarnya kemuliaan hanyalah terdapat dalam ketaatan kepada Allah.
Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 10: _“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semua…”_ Artinya carilah kemuliaan dengan mentaati Allah. Sebab, seseorang tidak akan mendapat memuliaan melainkan dengan ketaatan kepada-Nya.
Abdullah bin al-Mubarak berkata : _Aku melihat dosa mematikan hati, dan kecanduan dengannya mewariskan kehinaan. Meninggalkan dosa adalah kehidupan hati, maka lebih baik bagimu mendurhakai kemaksiatan. Bukankah yang merusak agama adalah para raja, para ulama yang buruk, serta para pendetanya?_
*16. Maksiat Merusak Akal*, Sungguh akal memiliki cahaya, sedangkan maksiat pasti memadamkan cahayanya. Jika cahaya tersebut padam, niscaya kemampuan akal pun berkurang dan melemah.
*Perkataan Salaf :* _“Tidaklah seorang bermaksiat kepada Allah melainkan akalnya hilang”_.
Hal ini jelas apabila akal seseorang sehat, pasti ia akan mencegah pelaku maksiat dari maksiatnya. Peringatan Al-Qur’an, kematian, dan neraka akan mencegahnya dari maksiat.
*17. Maksiat Mengunci Mata Hati Pelakunya*, Di antara dampak maksiat adalah hati pelakunya akan terkunci jika dosa telah bertambah banyak, hingga akhirnya dia menjadi orang-orang yang lalai.
Allah berfirman dalam surah Al-Muthaffifiin ayat 14: _“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”_ Al-Hasan berkata (untuk menjelaskan ayat di atas):
_“Itulah dosa di atas dosa, hingga membutakan hati”._ Asal masalahnya, hati berkarat disebabkan maksiat. *Jika maksiat bertambah, maka karat tadi menjadi penutup hati*. Tutupan tersebut semakin lama semakin bertambah hingga akhirnya hati tertutupi, terkunci, tergembok. *Pada saat itu, musuhnya (syaitan) akan menguasai dan menggiringnya sesuka hati*.
By : Ustadz Abu Tholhah
Edisi : Selasa, 28 Februari 2017
No comments:
Post a Comment