Pendidikan Anak, Peran Ayah - FKDI Indonesia

Friday, August 4, 2017

Pendidikan Anak, Peran Ayah

sumber google

Edisi         : Rabu, 26 Juli 2017
Pemateri  : Ustadz Herman Budianto, M.Si

Pendidikan Anak, Peran Ayah

Ketika ada tenaga medis bukan dokter hanya mantri lantas asal memberi obat jatuh korban maka akan di anggap mal praktek. Ketika ada sopir metromini lantas mengendarai pesawat tanpa punya ilmu nya akan dianggap mal praktek. Lalu bagaimana saat ayah dan ibu tidak mempunyai ilmu lantas mereka mempunyai penumpang yang bernama anak, apakah disebut mal praktek juga?
Orang tua yang tidak mempunyai ilmu tentang parenting, akan menghasilkan :
Anak-anak yang kerdil jiwanya. Jiwa anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.
Degradasi psikis, yang menghasilkan anak-anak yang lemah.
Dari anak-anak yang lemah, akan menjadi laki-laki yang lemah.
Dan kelak akan menjadi ayah yang lemah, selanjutnya  akan mencetak anak-anak yang tidak berkualitas.
Hasil penelitian secara psikis terhadap anak jaman sekarang mengungkapkan bahwa psikologi anak jaman sekarang adalah setengah umur biologis nya. Anak kuliah berprilaku seperti anak SMP. Anak SMP berbicara seperti anak TK “ciyus, miapah, dll”
Fenomena cabe-cabean dan anak alay. Apa sih anak Alay itu??
Yaitu anak yang mati pola pikir/thinking shock, dengan ciri-ciri :
Tidak bisa memilih/membuat keputusan. “Kamu mau makan apa? Hmmm terserah deh… “Diajak sholat hayuk, diajak maksiat hayuk… Pagi ke majlis ta’lim, malam dugem
Tidak bisa describe. “Yaaa gitu deh..”
Penyebab fenomena cabe-cabean adalah karena kehilangan sosok ayah. Ayahlah yang mengajarkan rasionalitas, otak kiri. Anak yang di besarkan tanpa sosok ayah akan tumbuh emosional dan tidak rasional.
Fenomena Father Hunger
Indonesia saat ini disebut sebagai Fatherless Country, banyak anak yang berayah namun serasa yatim karena kurangnya ikatan antara ayah dengan anak. Sehingga terjadi kerusakan psikologis yang diderita anak-anak karena kehilangan sosok ayah.
Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.
Stimulus pagi hari, hasil penelitian anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang membangunkan dia di pagi hari… Anak yang dibangunkan oleh ayah akan lebih sukses daripada yang di bangunkan oleh ibu. Karena di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge sementara ibu lebih kepada urusan domestik dalam rumah.
Efek dari Father Hunger
Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar. Sekolah nempel terus ke ibunya minta ditungguin.
Minder. Gay/melenceng orientasi seksual. Hasil riset mangatakan bahwa 100% gay adalah karena kehilangan sosok ayah.
Kesulitan dalam belajar.
Perasa/susah mengambil keputusan. Hal ini karena kebanyakan diasuh ibu.
Pada anak perempuan, akan susah membuat kriteria pasangan. Bagi anak perempuan yang dekat dengan ayahnya, dia akan dengan mudah menentukan kriteria pasangan hidupnya. Pasangan hidup seperti apa yang dia cari? Yang seperti ayah saya.. Karena seharusnya seorang ayah adalah first lovebagi anak perempuan nya.
Kebutuhan dasar anak wanita:
dicintaidisayangidipuji
“Tahu kah kamu nak, tidak ada satu lakilaki di dunia ini yang mencintai kamu melebihi cinta ayah kepada kamu.”
“Nak, tidak akan ayah biarkan satu lakilaki pun menyakiti hatimu.”
“Buat ayah, kamu adalah princess ayah, putri ayah yang paling cantik.”
Anak-anak perempuan yang saat kecilnya tidak mendapatkan ketiga hal di atas akan haus kasih sayang, sehingga ketika beranjak dewasa sangat mudah dirayu oleh laki-laki karena dia mendapat apa yang tidak dia dapatkan seharus nya, laki-laki yang memuja dia. Akibatnya dengan mudah menyerahkan diri dan kehormatan nya.
Buat wanita yang sudah menikah, kalo menghadapi masalah dalam rumah tangganya dia akan mudah give up, menuntut cerai dengan suami, dan dengan mudah menyimpulkan bahwa smua laki-laki brengsek.
Saat ini banyak anak berayah namun yatim, karena fungsi ayah saat ini hanya dua :
memberi nafkah
memberi ijin nikah

Ayah tidak tahu kapan anak laki-lakinya mimpi basah, subuh ketok pintu “Bangun, sholat ke masjid!” si anak tidak tahu bahwa dia mimpi basah dan harus mandi junub. Berangkat ke masjid tanpa mensucikan diri.
Padahal 58% anak Indonesia mengalami mimpi basah pertamanya saat kelas 5 SD (pubertas dini)! Sementara menurut Kementrian Diknas, pelajaran mandi junub baru diberikan saat kelas 2 SMP. Bayangkan selama berapa tahun si anak sholat ibadah nya tdk sah
Fatherless Country
Coba kita perhatikan anak-anak sekarang di sekitar kita:
0-2 tahun pengasuhan full oleh ibu.Usia pre school, 90% guru di sekolah-sekolah pre school adalah perempuan.Usia TK, tenaga pendidik juga kebanyakan perempuan.Usia SD, tenaga pendidik mayoritas ibu-ibu.
Padahal 0-7 tahun adalah golden age dalam pembentukan karakter, harus imbang stimulan ibu dan ayah.
Bayangkan saat sosok Umar ibn Khatab diceritakan oleh Ibu Guru, maka tdk bisa diceritakansecara heroik. Seharusnya sosok Umar itu gagah perkasa dan tegas. Sosok ibu-ibu kurang bisa mempresentasikan karakter Umar.
“Al ummu madrasatul ula“, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Maka seorang ayah harus bisa berperan sebagai kepala sekolahnya.
Apa fungsi seorang kepala sekolah?
Membuat tenaga pendidiknya nyaman. Nyamankan istri mu, bahagiakan istrimu. Itu adalah hal terbaik yang bisa anda berikan kepada anak-amalmu. Saat istri kita bahagia maka anak kita akan di besarkan dengan bunga-bunga yang indah. Namun sebaliknya saat istri kita tidak bahagia, tidak diperhatikan hidup dan kesejahteraannya, maka dia akan membuang emosi sampah kepada anak-anak kita.Menentukan visi dan misi anak didiknya. Mau dijadikan apa anak anak didiknya. Ayahlah yang menentukan lantas mensosialisasikan kepada istri sebagai tenaga pendidik.Evaluasi. Hal ini lagi-lagi bukan tugas istri, namun tugas kepala sekolah. Panggil tenaga pendidik, “Umi, kok abi lihat anak kita sudah umur 10 tahun belum bisa baca Al Fatihah coba gimana sekolahnya, umi ajarkan tidak?”. Meskipun pada dasarnya hal tersebut adalah tugas bersama antara ayah dan ibu.Membuat aturan. Jangan terbalik ibu-ibu yang bikin aturan ini itu macem-macem, tetapi saat ayah pulang ayahlah yang melemahkan aturan-aturan yang ada. Aturan harusnya dibuat oleh sang kepala sekolah dan di sosialisasikan pada tenaga pendidik sebagai orang di lapangan. Misal, “Kalo abi dengar nanti umi lapor kamu nonton TV lebih dari 3 jam, fasilitas TV akan abi cabut”. Di mana-mana yang namanya kepala sekolah memang tidak selalu hadir tapi peran nyasangat krusial.
Jadi para ayah meski anda harus selalu keluar rumah utk mencari nafkah, pastikan saat pulang ke rumah jiwa raga anda untuk anak-anak anda. Karena apa? Dalam Al Quran ada 17 dialog tentang anak, 14 di antaranya tentang ayah dengan anak. Luqman dan anak nya, Ibrahim dan Ismail, Ibrahim dan Ishak, Syuaib dan anaknya, dan seterusnya. Hanya 2 dialog dalam Al Quran yang berisi dialog ibu dan anak, suadara Musa dan Maryam dengan Isa.
Karena dalam Islam, seorang anak akan ikut nasab ayahnya. Nasab adalah berarti pertanggungjawaban akan di minta dari seorang ayah. Berhasil dan gagalnya seorang ayah yang akan dimintai pertanggungjawaban sesuai nasab nya.
Ayo ayah, mari semakin peduli dengan pendidikan anak-anak kita! Karena sosok ayah adalah tidak tergantikan.

No comments:

Post a Comment