MEMANTASKAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA - FKDI Indonesia

Friday, October 13, 2017

MEMANTASKAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA

Pemateri : Ustadz Solikhin Abu Izzudin
Al Harits al Muhasibi mensyaratkan 3 hal :
1. Tidak ada jalan yang lebih singkat dari kejujuran
2. Tidak ada petunjuk yang lebih tepat daripada ilmu
3. Tidak ada bekal yang lebih mencukupi daripada takwa.
Mari kita renungkan terlebih dahulu tiga hal ini, sudahkah kita memenuhi syarat sebagai orangtua.
Tidak perlu dijawab langsung namun endapkan menjadi renungan kesadaran betapa kita harus terus berbekal dan berbenah
*Kejujuran*
Sebagai orang tua kita belajar jujur pada diri sendiri dengan menguatkan muroqobatullah, merasa diawasi oleh Allah
Jangan sampai kemungkaran yang kita lakukan secara tersembunyi tanpa diketahui keluarga kita bahkan terang terangan menjadi sebab keburukan yang ditiru otomatis oleh anak kita meski mereka tidak melihatnya
Sebab komitmen dan kesalehan orang tua sangat berpengaruh pada proses pendidikan anak
Kama tadiinu tiadanya sebagaimana engkau memperlakukan begitu pula engkau akan diperlakukan
Kejujuran akan menjadikan masalah kita sebagai masa lalu
Kebohongan akan menjadikan masalah sebagai masa depan
Berbekal kejujuran maka kita pantas kan diri kita sebagai orang turun untuk segera mengakui dan meminta maaf atas kesalahan kita kepada keluarga kita khususnya anak kita
Ini tidak akan merendahkan kita namun akan membangun kepercayaan
*Petunjuk Ilmu*
Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (al Mujadilah : 11)
Siapa yang dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan maka Allah memahamkan padanya tentang agama. (h.r. Bukhari)
Sebagai orang tua kita mesti menyadari pentingnya ilmu untuk membersamai tumbuh kembang BUAH hati. Baik ilmu agama tentang fiqih mulai dari Thoharoh Wudhu Shalat Baca Quran Iman Ibadah Akhlak maupun muamalat hingga masalah kepribadian dan pergaulan kita mesti membekali secara serius
Contoh
Lihatlah wudhu anak kita. Apakah sudah benar sesuai tuntunan karena itu sangat menentukan diterima tidaknya ibadah
Maka mulai dari diri kita untuk belajar wudhu dengan benar dan mengamalkan secara konsisten
*Bekal Taqwa*
Banyak sekali seruan taqwa dalam Al Quran dan Sunnah.
Namun sejauhmana kita mengintegrasikan nilai taqwa sehingga menjiwa dalam perilaku keseharian kita.
Kelanjutan dari wudhu kita cek shalat kita. Sebelum jauh jauh mencari solusi perbaiki dulu shalat kita.
Kita tidak bisa mendisiplinkan anak kita untuk shalat jika kita tidak disiplin
Kita tidak bisa menggerakkan hati anak kita dalam shalat berjamaah di Masjid jika kita sering lalai dan abai.
Saudaraku
kondisi spiritual ibadah kita iman kita sangat berpengaruh dalam proses mendidik anak kita sebab kesalehan anak datangnya hidayah dari Allah namun pendidikan itu dari orang tua
Ibnul Musayyib di usia 80 tahun masih rajin shalat bahkan selama 60 tahun tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah di Masjid. Tidak pernah kedahuluan muadzin.
"Aku shalat dan aku teringat anakku maka aku tambah shalatku."
"Anakku, saya berharap kepada Allah, sepeninggal ku nanti, agar Allah yang akan menjaga kalian dengan ibadah yang aku lakukan." begitu nasihat taqwa Said ibnul Musayyib.
Semoga Allah berikan kesempatan kita menjadi orangtua yang pantas diteladani oleh anak kita.

No comments:

Post a Comment