DZALIM - FKDI Indonesia

Tuesday, December 5, 2017

DZALIM

ilustrasi dari google

DZALIM

Ustadzah Irnawati Syamsuir Koto


Bismillahirrahmanirrahim..

Sahabat-sahabatku...
Manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Allah Azza Wajalla, karenanyalah manusia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna. Akal manusia digunakan untuk berfikir tentang segala hal yang ada. Termasuk tentang segala tindakan yang akan dilakukannya. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh cara berfikir mereka terhadap apa yang sedang mereka hadapi.

Kebiasaan-kebiasaan dalam bertindak menimbulkan tabiat dalam diri kita. Hal inilah yang akan disebut dengan kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam bertindak buruk ada yang disebut dengan perbuatan zhalim. Zhalim ini ada yang mengartikan dengan tidak menempakan sesuatu pada tempanya, berbuat aniaya termasuk kepada diri sendiri.

 Perbutan zhalim dalah perbuatan yang tidak disukai Allah Azza Wajalla, dan ada beberapa tindakan apabila kita terdzolimi kita bisa membalas perbuatan itu, namun ada juga anjuran untuk memaafkan.

Dalam Al-Quran terdapat kurang lebih 200 ayat yang khusus membicarakan dan menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan masalah “zalim” atau“kezaliman”, suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah SWT sebagaimana yang tersurat dalam salah satu firman-NYA:

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada merekadengan sempurna  pahala amalan-amalan mereka; dan Allah sangat benci kepada orang-orang yang zalim.”  (Q.S.Ali ‘Imraan: 57)

Secara umum makna kata “zhalim” yang kita kenal adalah segala sesuatu perbuatan jahat ataupun berbuat aniaya; baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri dan makhluk lainnya.

Sedangkan menurut syariat (agama Islam) yang mengacu pada firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat  229 yang berbunyi: “Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim”; maka makna “zhalim” yang didefinisikan oleh para ulama mendefinisikan adalah:

“Segala sesuatu  tindakan atau perbuatan  yang  melampaui batas,  yang  tidak  lagi  sesuai  dengan  ketentuan  yang  telah ditetapkan oleh Allah SWT.  Baik dengan cara menambah  ataupun  mengurangi hal-hal yang berkaitan dengan waktu; tempat atau letak maupun sifat dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas tersebut. Dan itu berlaku untuk  masalah-masalah yang berkaitan dengan ibadah (hablum-minallah), maupun hubungan kemanusiaan dan alam semesta (hablum-minannaas).  Entah itu dalam skala kecil maupun besar, tampak ataupun tersembunyi.”

Dan oleh karena Allah SWT juga menyandingkan kata kezaliman  dengan kebodohan sebagaimana firman-NYA dalam surah Al-Ahzab ayat 72: “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”; maka dalam pandangan agama orang-orang zalim tersebut sesungguhnya  dipandang  sebagai  orang  yang  bodoh. Dalam hal ini semakin  zalim  dirinya, maka semakin tinggilah kebodohannya. Sekalipun secara lahiriah ia memiliki pendidikan yang tinggi, gelar yang banyak maupun jabatan; kedudukan dan kekuasaan yang dipandang hormat oleh orang lain.

Kezhaliman terbagi dua, yaitu menzgalimi diri sendiri, dan menzhalimi orang lain.

 Menzhalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzhalimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain/ aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.  

Zhalim  secara istilah mengandung pengertian “berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam”.

Diantara perbuatan-perbuatan zalim yang  mengotori hati yaitu, sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan keburukan orang lain), fitnah(menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), dan lain sebagainya.  Dalam pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sebaiknya benar-benar menjaga perkataan dan sikap kita agar tidak menyinggung dan menyakiti persaan orang lain, apalagi sampai berbuat zhalim. Kalau kita tidak sengaja melakukan kesalahan kepada orang lain saja, kita harus segera minta maaf, terlebih lagi bila kita dengan sengaja melakukannya.

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Zaljalah : 7-8  “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar  dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga“.

Yang lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kezaliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan zalim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah menzaliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak.
Ketika berbicara mengenai zalim, maka zalim itu berperingkat-peringkat, hal dibawah ini mengenai 7 peringkat zalim yang dilakukan oleh manusia.

Zhalim dengan Tuhan.

Zhalim dengan Tuhan meripakan penzaliman peringkat tertinggi, tak ada yang lebih tinggi. Apa arti zalim dengan Tuhan? Tidak kenal Tuhan atau syirik dengan Tuhan, tidak takut dengan Tuhan, tidak cinta dengan Tuhan, tidak peduli dengan Tuhan, hidup ini tidak dihubungkan dengan Tuhan. Setiap hari kita zalim dengan Tuhan tetapi hal ini jarang terpikir oleh kita. Hidup kita sehari-hari tidak peduli Tuhan. Padahal, dalam Al Quran Allah berfirman: “iqra bismi rabbika” Bacalah atas nama Tuhanmu.

Jadi, ketika hendak melakukan apa saja buatlah atas nama Tuhan. Berjuang, membangun, berekonomi, mendidik, berbudaya, mengurus, dll mesti atas nama Tuhan. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan mesti dikaitkan dengan Tuhan, mesti ada hubungan dengan Tuhan. Kalau tidak, kita telah melakukan penzaliman yang paling tinggi.

Zhalim dengan Fisik Pemberian Tuhan

Melihat dengan mata mesti atas nama Tuhan. Mendengar, berbicara, bertindak, gunakan tangan, kaki mesti atas nama Tuhan. Artinya, tindakan fisik kita selaras dengan kehendak Tuhan. Jangan sampai mata, telinga, mulut tangan, kaki mendurhakai Tuhan. Semua gerak gerik kita jangan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau berlaku kita melakukan penzaliman peringkat ke-2.

Zhalim dengan Harta Karunia Allah.
Harta milik Allah, Allah bagi pada kita. Ada yang dapat sedikit, miskinlah dia. Ada pula yang mendapat banyak hingga menjadi milyader. Harta yang Allah bagi kepada kita janganlah digunakan sedikitpun selain karena Allah. Mesti selaras dengan kehendak Allah. Sebab yang kita miliki itu milik Allah. Harta itu tidak boleh kita gunakan sesuka hati, mesti ikut cara Allah, baik disebut zakat, sedekah. Kalau tidak kita buat penzaliman yang ke-3.

Zhalim kepada manusia lain.

Zalim kepada manusia lain seperti: memukul, mengata, menjatuhkan, mempermalukan dimuka umum, menghina, memfitnah, mencuri. Zalim yang ada hubungannya dengan manusia lain ini yang dibesarkan setiap hari. Zalim peringkat tertinggi sepi-sepi saja. Jenis yang kedua juga tidak pernah diperbincangkan, yang ke-3 juga kurang diperkatakan oleh orang. Tetapi, yang ke-4 ini yang sering dibicarakan orang.

Zhalim dengan Jabatan Yang diemban.

Jabatan ada bermacam-macam. Mungkin dia Presiden, Gubernur, Menteri, Dirjen, Irjen, Kasubdit, Kabag, dll. Jabatan-jabatan ini kalau tidak diemban selaras dengan kehendak Tuhan maka dia dikatakan zalim.
Zhalim dengan jabatan ini juga selalu dibesar-besarkan orang. Nampak Presiden zalim.Gubernur zhalim. Yang terlihat adalah jabatan yang besar-besar. Kalau jabatan-jabatan yang dibawah, jarang disebut orang mengenai kezalimannya. Sekecil apapun jabatan, mesti selaras dengan kehendak Tuhan. Kalau tidak selaras dengan kehendak Tuhan, itulah zhalim.

Zhalim dengan ilmu.

Soal ilmu ini, ada yang dapat banyak ilmu ada pula yang dapat sedikit. Baik yang dapat banyak ilmu ataupun yang dapat sedikit ilmu, kalau ilmu tersebut digunakan bukan untuk Allah  alias untuk kepentingan diri, itulah zhalim.

Di zaman ini orang banyak yang menyalahgunakan ilmu bukan untuk Allah tapi untuk uang, kemegahan, nama, dan jabatan. Itulah zhalim. Namun, tentu saja hal ini tidak pernah masuk surat kabar. Orang yang menggunakan ilmu untuk kepentingan diri tidak terfikir kalau dirinya zalim. Bahkan, saat ini orang yang megah dan sombong dengan ilmu tidak dikatakan zalim lagi. Bahkan orang menganggap dia memiliki wibawa. Sombong dengan ilmu, “hebat, orang ini memiliki ilmu”.

Zhalim dengan ruh/perasaan.

Hari ini, tidak ada orang yang menyebut-nyebut mengenai zalim jenis ini. Surat kabar, radio, TV juga tidak pernah menyebutkannya. Sepatutnya ruh atau perasaan kita adalah untuk Tuhan.

No comments:

Post a Comment