HIJRAH - FKDI Indonesia

Thursday, April 26, 2018

HIJRAH

Ilustrasi dari google


HIJRAH

Bunda Irnawati Syamsuir Koto
Selasa, 6 Maret 2018


Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Baik itu yang disengaja maupun yang tidak disengaja. “Setiap anak Adam bersalah dan sebaik-baik orang bersalah ialah mereka yang bertaubat,” (HR. at-Tirmidzi). Hadits ini  merupakan pertimbangan bagi setiap manusia untuk meletakkan masalah pada posisinya yang tepat. Sehingga mereka tidak mempunyai anggapan bahwa seseorang mempunyai kesucian (bebas dosa) atau kesempurnaan. Siapapun jika dia disebut manusia maka tak akan luput dari yang namanya kesalahan, kekhilafan dan kekeliruan dalam menjalani hidupnya.
Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa belajar dari masa lalu, baik yang baru saja kita jalani maupun yang telah lama, terutama dari sejarah kehidupan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
Suatu hal yang pasti bahwa usia kita bertambah dan jatah usia kita semakin berkurang. Sudah selayaknya kita menghisab drii sebelum dihisab oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:
“Hisablah (lakukan perhitungan atas) dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lakukanlah kalkulasi amal baik dan amal buruk sebelum Allah memberikan kalkulasi amal atas dirimu.
Apakah kehidupan kita banyak diisi dengan beribadah atau bermaksiat ?

Apakah kita banyak mematuhi ajaran Allah ataukah banyak melanggar  aturan Allah ?

Apakah diri kita ini termasuk golongan orang – orang yang celaka mendapat siksa neraka ?

mungkin saja kita sering berbuat maksiat, melewatkan kebaikan, kurang menyempurnakan kewajiban dan amalan ketaatan, meninggalkan hal-hal yang lebih utama, dan akhirnya, menyesal…. Itulah manusia. Adanya berbagai kelemahan dan kekurangan justru menunjukkan kesempurnaannya sebagai makhluk. Ketika manusia merasa bahwa dirinya sempurna, justru itu kekurangan baginya.
Terjatuh pada kesalahan dan kealpaan adalah hal yang lazim pada diri manusia. Hawa nafsu dalam jiwa manusia sangat kuat memerintahkan perbuatan jelek, kecuali jiwa yang dirahmati oleh Rabbnya. Selain itu, pengaruh luar dari para setan begitu kuat. Mereka senantiasa melancarkan bujuk rayu dengan segala tipu daya untuk menyesatkan bani Adam. Hal ini ditambah dengan kenyataan bahwa surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh jiwa, sedangkan neraka dikelilingi oleh berbagai syahwat (kesenangan). Itulah beberapa faktor yang mendorong seorang hamba terjatuh dalam kemaksiatan kepada-Nya.

Didalam kehidupan inilah terjadinya perpindahan kondisi antara masa lalu dan masa sekarang ini yang tengah kita jalani. Inilah yang disebut dengan hijrah .
Hijrah secara umum artinya meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, baik dalam perasaan (hati), perkataan dan perbuatan. Namun secara khusus adalah pindahnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya dalam rangka menyelamatkan iman dan Islam serta membangun peradaban baru di tempat baru.

Merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut sebagaian ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur” menuju “darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan. Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi yang tidak kondisif, menuju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi yang kondusif untuk menegakkan dan menjalankan ajaran Islam.
Hijrah akan selalu hidup dalam diri orang-orang yang beriman. Hidup karena mereka selalu menghayati nilai-nilainya dan mengamalkan pesan-pesan moralnya. Bagi mereka peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah Saw. itu bukanlah kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah tuntunan, yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya. Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pernah menyatakan, “Alhijrotu farraqot baynal haqq wal bathil faarikhuuhaa” (Hijrah itu membedakan antara yang benar dengan yang salah, karena itu jadikanlah penanggalan kalian.. )

Hijrah itu penuh proses dan penuh perjuangan…
Hijrah tak akan mampu dilakukan oleh orang –orang yang tidak yakin akan kebesaran Allaah dan juga tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya Rahmat Allaah berupa Hidayah.

Datangnya hidayah terkadang unik, di luar nalar kita. Ia tidak berproses secara logis, bahkan terkadang  terkesan instan. Ia bagaikan lailatul qadar menurut Buya Hamka, waktunya sebentar tetapi mampu mengubah jalan hidup. Namun, jika dirunut datangnya hidayah sesungguhnya diawali proses spiritual (mujahadah) yang panjang. Hidayah ibarat seorang siswa yang memperoleh penghargaan akademik karena kepintarannya. Upacara penghargaan memang berjalan hanya 10 menit. Namun, proses mencapai puncak prestasi tersebut butuh kerja keras untuk waktu yang lama.

Begitu juga hidayah. Untuk mendapatkannya, orang perlu berproses terlebih dahulu. Proses itulah yang akan mendatangkan pahala buatnya, sesuai dengan tingkat kepayahannya (al ujratu ‘alaa qodri al masyaqqah).
Jadi akan sangat salah jika kita berujar hidayah Allaah belum datang menghampiri, karna perubahan itu diusahakan bukan terjadi tiba tiba.

Yang sering dijadikan alasan oleh para wanita untuk menunda pelaksanaan berjilbab misalnya adalah mereka mengatakan saya belum berjilbab karena belum mendapatkan hidayah dari Allah Azza Wa jalla. Kalau sudah turun hidayah  gak usah disuruh-suruh nanti juga akan berjilbab dengan sendirinya. Syubhat ini muncul karena kebodohan, ketidaktahuan, kekurangan ilmu yang menyebabkan dia salah paham terhadap hidayah sehingga menyebabkan dia menunda untuk berjilbab. Memang benar ia belum dapat hidayah. Yang salah adalah dia tidak berusaha untuk mencari hidayah ini.”
Sering kali kebanyakan kita berpikir bahwa kita harus mendapatkan hidayah dulu baru kita beramal. Sungguh ini adalah pola pikir yang salah yang fatal akibatnya. Maka bersungguh-sungguhlah dalam berusaha, bersungguh-sungguhlah dalam beramal maka titik terang hidayah pun akan menghampirimu dihadapan. Mengapa ? kalau kata Ustadz Salim A. Fillah. Karena amal-amal atau usaha-usaha kita itu adalah penyubur seperti guyuran minyak pada nyalanya lilin. Begitupun iman akan bertambah dengan ketaatan.

Begitulah jika ingin mendapatkan Hidayah, banyak cara (usaha) yang harus manusia lakukan untuk mendapatkannya.

Mungkin sebagian orang berpendapat begitu mudahnya mendapatkan hidayah...jangan sangka bahwa ketika kita sudah rajin sholatnya, puasa sunnahnya, dan ibadah-ibadah lainnya, kita telah mendapat hidayah Allah.

Jangan sangka pula bahwa jika kita telah berjilbab, selesailah tugas mencari hidayah itu. ya kadang mungkin banyak pendapat mengatakan bahwa mencari hidayah itu mudah, namun tahukan kawan, bahwa beristiqomah agar hidayah itu terus dan tetap terpatri dalam hati, jiwa dan fikiran kita.... Itulah yang paling sulit!

Ayo sahabat….

Cari, kejar dan istiqomahkan Hidayah yang telah ada dalam diri kita...

Karena kita tak akan tahu, bilakah maut akan menjemput kita.. bilakah sakit akan mendera kita... bilakah kepayahan akan mendatangi kita... sehingga memperkecil kesempatan kita menemukanNya, memperkecil kesempatan kita mengejar cintaNya,

Pernahkah saudariku rasakan lelah saat mencapai proses hijrah?

Pernahkah saudariku rasakan jenuh ketika tidak semua harapan Allah berikan?

Ya, itulah bisikan setan yang ingin membuat kita kembali menikmati dunia yang hanya sementara ini. Membuat kita lupa bahwa dunia adalah neraka bagi muslimah sholehah. bahwa dunia adalah tempat persinggahan sementara sebelum mencapai keabadian di akhirat.

Seperti sabda Rasulullah SAW, “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” Diriwayatkan oleh at -Tirmidzi.

Apakah masih harus kita mengeluh? sedang Allah memberikan ketenangan dalam setiap kegundahan
apakah masih harus kita lelah? ketika Allah menguatkan hati untuk tetap terus menuju jalan-Nya?

Kelelahan dan kejenuhan dalam setiap proses Hijrah menuju Allah bukan proses mudah karena setan ingin selalu menggoda kita untuk menikmati dunia dan menuju Neraka bersamanya
kini haruskah kita perduli pada cacian dunia, jika Allah sudah menetapkan dan menjanjikan kebahagiaan di surga-Nya kelak dengan mengikuti ketentuan-Nya, menjadikan Rasulullah sebagai idola untuk mencapai Jannah.
tekad kan pada hati mu saudariku, bahwa Allah ada disetiap langkah bukan untuk menjadikan mu jenuh bahkan lelah tapi untuk menguatkan mu akan keimanan sampai akhir zaman
perjalanan terbaik dihadapan Allaah adalah perjalanan hijrah .

No comments:

Post a Comment