Adab - Adab Niat - FKDI Indonesia

Thursday, September 22, 2016

Adab - Adab Niat


*Adab-Adab Niat*

kita akan sedikit membahas berkait ADAB-ADAB NIAT yang merujuk kepada kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi.

Seorang Muslim membenarkan pentingnya keberadaan niat dan urgensinya bagi seluruh amalan baik yang berkaitan dengan masalah keagamaan maupun keduniaan, keseluruhan amal tsb sangat tergantung bagaimana niatnya.

Niat inilah yang menjadi ukuran suatu amal itu dikatakan kuat atau lemah, sah atau rusak (batal), semua tergantung bagaimana niatnya.

Adapun dalil keharusan niat bagi setiap amal serta kewajibannya bersandar kepada :

🌹*Pertama*
Firman Allah dalam surat Al Bayyinah ayat 5

Allah SWT berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ ۚ وَذٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)."
(QS. Al-Bayyinah: Ayat 5)

Dan pada surat Az Zumar ayat 11
Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ

"Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama."
(QS. Az-Zumar: Ayat 11)

🌹*Kedua*
Sabda Rasulullah _Shalallahu 'alaihi wasallam_

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى


“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Adapun yang dimaksud dengan Allah melihat ke dalam hati adalah melihat bagaimana niatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa niat adalah suatu yang membangkitkan sebuah tindakan (amal) dan yang menjadi motivatornya.

Nabi _Shalallahu 'alaihi wasallam_ bersabda : "Barangsiapa yang berkeinginan melakukan kebaikan lalu dia belum dapat melakukannya maka ditulis baginya satu kebaikan." (HR. Muslim)

Dengan sekedear memiliki kemauan yang baik saja, maka suatu amal telah dihitung mendapatkan satu pahala dan dengannya ia akan diberi balasan. Hal ini menunjukkan betapa utamanya niat yang baik itu.

Rasulullah _Shalallahu 'alaihi wasallam_ mengatakan bahwa manusia di dunia ini ada 4 macam.

1. Golongan yang Memiliki Ilmu dan Harta Melimpah

_Orang yang diberi Allah berupa Ilmu dan Harta dan dia membelanjakan harta itu dengan ilmunya._

Golongan manusia pertama menurut janji Nabi adalah mereka yang memiliki ilmu dan harta yang berlimpah. Sungguh beruntunglah orang yang berada dalam golongan ini, sebab harta yang dikaruniakan kepada mereka dimandaatkan sebesar-besarnya hanya untuk keperluan perjuangan dan dahwa di jalan Allah SWT.

“Mereka inilah,” janji Nabi dalam riwayat tersebut, “merupakan sebaik-baik hamba.”

2. Golongan yang Memiliki Ilmu Tapi Tidak Memiliki Harta

Golongan kedua ini berisi mereka yang memiliki ilmu namun tidak mempunyai harta. Akan tetapi, hampir sama dengan golongan pertama, pada golongan ini mereka juga akan memperoleh ganjaran pahala serta derajat yang tinggi.

Meskipun mereka tidak dilimpahi harta seperti golongan pertama, akan tetapi ilmu yang dimiliki ini memotivasi mereka untuk bercita-cita “Ya Allah, jika Engkau memberikan aku anugerah harta sebagaimana saudaraku (yang diberi ilmu dan harta), maka aku akan menafkahkan harta itu di jalan kebajikan, sebagaimana yang dia lakukan.”

Dengan ilmunya tersebut, orang pada golongan ini mengetahui hakikat hidup dan mempunyai cita-cita yang agung. Persis seperti orang yang hanya memiliki satu juta untuk infaq, lalu dia merintih dalam doanya, “Ya Allah, jika aku diberikan rezeki dari-Mu senilai satu milyar, maka aku akan menafkahkan di jalan-Mu senilai ratusan juta.”

Kepada kedua golongan ini, Nabi bersabda, “Kedua hamba ini, pahalanya sama.” Betapa bahagianya.

Kemudian yang ketiga ini, semoga kita tidak termasuk di dalamnya.

3. Golongan yang Memiliki Harta Namun Tidak Memiliki Ilmu

Golongan manusia yang ketiga adalah mereka yang memiliki harta akan tetapi tidak memiliki dunia. Hasilnya adalah apa yang dilakukan orang pada golongan ini dengan hartanya adalah maksiat dan dosa.

Bahkan yang lebih keji lagi, mereka akan mengajak, membiayai, dan memberikan segala macam fasilitas kepada orang yang mau menjadi pengikut mereka di jalan keburukan yang bergelimang dosa. Golongan ketiga ini, disebut oleh Rasulullah sebabagai seburuk-buruknya hamba.

apalagi golongan keempat semoga Allah jauhkan kita semua dari hal ini

4. Golongan Miskin Harta dan Tidak Berilmu

Golongan yang paling terakhir berdasarkan janji Nabi adalah mereka yang miskin harta dan juga tidak berilmu. Maka celakalah mereka yang berada pada golongan ini. Sebab, ia berdoa, “Ya Allah, jika Engkau kurniakan aku harta sebagaimana saudaraku (yang berharta dan tidak berilmu hingga bermaksiat), maka aku akan berbuat maksiat sebagaimana yang dikerjakannya.”

Celaka. Celaka. Celaka. “Kedua hamba ini (golongan ketiga dan keempat),” ujar Nabi menutup sabdanya, “timbangannya sama.”

📌 Maka seseorang yang berniat untuk melakukan suatu amal shalih diberi pahala seperti orang yang telah mengerjakannya.

📌 Dan orang yang mempunyai niat buruk juga mendapatkan dosa sebagaimana orang yang berbuat buruk, semuanya semata-mata tergantung niat.

📌 Dengan niat yang buruk maka sesuatu yang mubah dapat berubah menjadi haram, yang tadinya boleh menjadi terlarang, apa yang tadinya berdosa maka akhirnay menjadi berdosa.

Kesemua ini menegaskan tentang perlunya seorang Muslim untuk memiliki keyakinan akan pentingnya niat, kebesaran dan urgensinya yang amat besar.

Oleh karena itu hendaknya dia membangun keseluruhan amalnya dengan niat yang baik dan benar.

Mencurahkan seluruh kesungguhan dengan keyakinan jangan sampai beramal tanpa ada niat atau tujuan, dan jangan sampai beramal namun dengan niat yang tidak baik.

Jadi niat adalah ruh dari amal dan merupakan tiang penyangganya, kebaikan amal tergantung dari kebaikan niat, dan buruknya amal juga tergantung kepada buruknya niat.

Dan setiap amal yang tak dilandasi dengan niat yang baik dari pelakunya maka itu adalah riya', mamaksakan diri yang justru dimurkai Allah.

Dan terakhir yang akan saya sampaikan adalah :

📌 Seorang Muslim hendaknya memiliki keyakinan bahwa perbuatan yang mubah dapat berubah menjadi ketataan yang berpahala dengan sebab niat yang baik.

📌 Demikian pula suatu bentuk ketaatan jika tidak dibarengi dengan niat yang baik akan berubah menjadi kemaksiatan yang justru mendatangkan dosa dan siksa.

📌 Seorang Muslim tidak memandang bahwa perbuatan maksiat dapat dipengaaruhi oleh niat baik sehingga berubah menjadi ketaatan.

Misalkan saja, ada seorang ingin membangun masjid dengan harta yang haram maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Maka dengan demikian tidaklah sesuatu itu berubah menjadi kebaikan dengan adanya niat baik, kecuali jika hal itu adalah mubah dan dibolehkan di dalam mengerjakannya.

Sedangkan keharaman, tidak dapat berubah menjadi ketaatan dalam kondisi bagaimanapun.

Allahu a'lam bisshowab.


Hari/Tanggal : Kamis, 22 September 2016
Narasumber : Ustadz Jayyad

No comments:

Post a Comment