*Kepemimpinan dalam Islam*
Pemateri : Ustadz Herman Budianto, MS.I
Edisi : 25 Juni 2018
Islam adalah agama yang sempurna.Salah satu wujud kesempurnaan itu ialah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah SWT (Hablum minallah), maupun hubungan dengan manusia (Hablum minannas) termasuk di antaranya masalah kepemimpinan.
Rasulullah SAW bersabda
وَلَا يَحِلُّ لِثَلَاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلَاةٍ إِلَّا أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ
“Tidak diperkenankan bagi tiga orang yang berada di padang luas melainkan mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin.” (HR. Ahmad)
Hadits di atas mengisyaratkan tidak dibolehkan seseorang hidup tanpa pemimpin meskipun dalam jumlah kecil, hanya tiga orang saja. Maka, suatu keharusan ada satu orang yang diangkat sebagai pemimpin dalam komunitas tersebut.
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW menekankan pentingnya kepemimpinan dalam kehidupan umat Islam. Bahkan agama tidak akan tegak tanpa adanya kepemimpinan dan urusan manusia tidak akan berjalan lancar tanpa pemerintahan karena antara satu dengan yang lain saling membutuhkan.
Kepemimpinan Pada Masa Sahabat
Begitu wajibnya mengangkat pemimpin dalam Islam, sampai-sampai para sahabat Rasulullah SAW mengundur penguburan jenazah Rasulullah SAW. Hingga mereka memilih pemimpin yang menggantikan beliau. Lewat pertemuan alot, para sahabat sepakat memilih Abu bakar As-Shiddiq. Mereka pun membaiat Abu Bakar RA sebagai pengganti Rasulullah SAW. Setelah baiat selesai, Rasulullah dimakamkan oleh para sahabat yakni pada hari Rabu, dua hari setelah beliau wafat. Ini menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dalam Islam.
Urusan manusia, apalagi bangsa, tidak akan baik tanpa dibimbing dalam bingkai kepemimpinan. Pakar ushul fikih Abu Hamid al-Ghozli menjelaskan urgensi imamah (kepemimpinan) dalam Islam,
“Sesungguhnya dunia tidak akan aman, keamanan untuk nyawa maupun harta tidak bisa diraih tanpa diatur oleh kekuatan pemerintah.”(Al-Iqitshad fil I’tiqod, hlm. 199)
Hal yang sama ditegaskan oleh Syaikhul Islam IbnTaimiyah RHM. Beliau menulis dalam kitab Maj’mu Fatawa, “Sesungguhnya umat manusia tidak akan baik permasalahan dunia maupun akhiratnya tanpa berkumpul dan saling tolong menolong. Mereka harus terkoordinasi untuk meraih kemaslahatan agama maupun dunia mereka.”(Al-Hisbah, hal. 8).
Syarat Pemimpin Islam
Pertama: Orang Islam.
Firman Allah swt.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? (Qs. An-Nisaa’ 4: 144).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Maa-idah 5: 51)
Namun sekalipun muslim, tetapi menjadikan Islam sebagai ejekan atau mainan juga tidak boleh diangkat menjadi pemimpin. Firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَمِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Maa-idah 5: 57).
Kedua: Aqra’ dan ‘Alim.
Shalat berjama’ah adalah miniatur kepemimpinan dalam Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, baik dalam ber-organisasi, lembaga atau Negara. Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا [سِنًّا] وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلاَ يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ =رواه احمد ومسلم=
Dari Abu Mas’ud Al Anshori ra, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Yang lebih berhak menjadi imam bagi suatu kaum ialah yang terpandai dalam membaca Kitabullah, kalau dalam membaca mereka sama, maka yang terpandai dalam As-Sunnah (hadits Nabi SAW); dan kalau dalam hal itu mereka juga sama, maka yang lebih dulu hijrah, dan kalau dalam hijrah mereka masih sama, maka yang tertua usianya (umur atau Islamnya). Dan janganlah seseorang itu menjadi imam bagi orang lain dilingkungan kekuasaannya dan jangan pula ia duduk di rumah orang lain kecuali dengan izinnya. (HR. Ahmad dan Muslim).
Maka calon seorang pemimpin haruslah :
1. Yang terpandai dalam bacaan Kitabullah (paling bagus bacaannya dan banyak hafalan Al-Qur’annya) sebagaimana haditsnya Amar bin Salamah ra: لِيَؤُمَّكُمْ اَكْثَرُكُمْ قُرْءَانًا
(Untuk mengimami kalian yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya).
2. Yang terpandai dalam As Sunnah (‘alim), dst.
Dengan inilah pemimpin itu akan bisa berlaku adil, amanah dan dapat melakukan ijtihad dalam menetapkan permasalahan kontemporer dan hukum-hukum serta akan memiliki keberanian, yang bisa digunakan untuk melindungi masyarakat, wilayah dan memerangi musuh.
Ketiga: Pengasih dan Penyayang.
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ … =رواه مسلم واحمد=
Dari ‘Auf bin Malik ra, dari Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka juga mencintai kalian, mereka berdoa atas kalian dan kalian juga berdoa atas mereka. Dan sejahat-jahat pemimpin kalian adalah yang kalian memurkai mereka dan mereka juga memurkai kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka juga mengutuk kalian. … dst. (HR. Muslim dan Ahmad).
Keempat : Mencari Yg Paling Sedikit Dampak Buruknya.
Kondisi ideal yang diharapkan dari pemimpin belum tentu kita dapatkan, sehingga diperlukan seleksi dari beberapa pemimpin yang paling banyak kebaikannya dan paling sedikit keburukannya untuk memilih Islam.
Jangan sampai tidak ikut memilih premimpin/golput karena bila umat Islam yang sholeh tidak ikut memilih maka suara pemilih terbanyak adalah orang kafir atau muslim yg tidak taat yang akan memilih pemimpin yang jauh dari syarat pemimpin Islam.
No comments:
Post a Comment