Pemateri : dr. Lia
Shuban Asmuniati.
Edisi: 15 Agustus 2019
Bersin, pilek, dan hidung gatal atau buntu yang sering
terjadi di pagi hari merupakan salah satu gejala rinitis (pilek) alergi.
Rinitis alergi adalah salah satu penyakit alergi yang umumnya diderita pada
usia anak sekolah dan dapat terus berlangsung sampai dewasa apabila tidak
ditangani dengan baik. Angka kejadian rhinitis alergi di dunia bervariasi dan
dapat mencapai 40% populasi pada anak, dan sekitar 10-30% dewasa.
Pada rinitis alergi terjadi reaksi alergi yang menyebabkan
peradangan pada daerah hidung yang dapat menyebabkan keluarnya sekret/lendir
(pilek), rasa gatal, bersin, dan hidung buntu. Keluhan ini dapat disertai juga
dengan mata merah, gatal, dan berair. Keluhan lain yang dapat menyertai adalah
mimisan, tidur mengorok, gangguan pada telinga, sakit kepala apabila terjadi
komplikasi sinusitis.
Gejala-gejala ini bervariasi dari ringan-sedang sampai
berat. Pada anak dengan gejala rhinitis alergi yang berat, maka kegiatan anak
pada pagi hari dapat terganggu karena kualitas tidur malam yang tidak optimal
akibat obstruksi/sumbatan pada hidung yang cukup berat. Konsentrasi anak di
sekolah dapat terganggu karena anak merasa masih mengantuk, prestasi belajar
dapat menurun.
Penyakit alergi lain seperti asma atau dermatitis atopik
(eksim) dapat juga menyertai rhinitis alergi ini. Bagi penderita asma, apabila
rhinitis alergi tidak ditangani dengan baik, maka serangan asma dapat sulit
dikontrol dan juga sebaliknya.
Anak yang berisiko menderita rhinitis alergi adalah
anak-anak dengan riwayat penyakit alergi pada keluarga. Perlu ditelusuri
riwayat penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, atau dermatitis atopik
(eksim) pada orang tua dan saudara sekandung. Apabila ada orang tua atau
saudara sekandung memiliki riwayat penyakit alergi, maka anak mempunyai risiko
lebih tinggi menderita penyakit alergi termasuk rhinitis alergi.
Penyebab rhinitis alergi paling sering di Indonesia adalah
alergen (zat pencetus alergi) inhalan yaitu alergen yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara dihirup/melalui saluran napas. Alergen yang paling sering ditemukan
pada rhinitis alergi di Indonesia atau negara tropis pada umumnya adalah tungau
debu rumah, bulu binatang, kecoa; jenis alergen ini berbeda dengan penyebab
rhinitis alergi di negara 4 musim yaitu polen.
Alergen makanan sangat jarang menjadi pencetus rhinitis
alergi. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pencetus rhinitis alergi pada
anak agar dapat dilakukan penghindaran dengan tepat dan seoptimal mungkin.
Penentuan alergen penyebab rhinitis alergi dapat dilakukan
melalui riwayat penyakit anak dan dapat didukung dengan tes alergi baik melalui
darah atau pun tes kulit. Hal yang harus diperhatikan selain alergen adalah
masalah polutan seperti asap rokok yang dapat merusak saluran napas. Polutan
dapat memperberat penyakit alergi di saluran napas seperti asma dan rhinitis
alergi.
Tata laksana rhinitis alergi yang komprehensif meliputi
penghindaran alergen, obat-obatan untuk mengurangi gejala dan kekambuhan. Bagi
anak yang alergi terhadap tungau debu rumah, hindari kontak dengan tungau debu
rumah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari
barang menumpuk di dalam kamar, hindari penggunaan karpet, kapuk, dan boneka
bulu. Gantilah seprai, sarung bantal/guling, kelambu, gorden setiap 1 minggu
sekali.
Jemur atau vaccum tempat tidur 1 minggu sekali. Bersihkan
pendingin ruangan setiap minimal 2-3 bulan sekali. Konsentrasi tungau debu
rumah akan tinggi di tempat manusia sering berada, karena makanan tungau debu
rumah adalah serpihan kulit manusia.
Oleh karena itu, jumlah tungau debu rumah
paling banyak di kamar tidur. Untuk itu, sebaiknya anak tidak terlalu sering
berada di kamar tidur, anjurkan anak lebih banyak bermain di luar kamar.
No comments:
Post a Comment