Pemateri : Herman Budianto, MSi
Edisi: 15 September 2019
Semua orang menginginkan bahagia. Akan tetapi setiap orang
memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan kebahagiaan. Kemana dan bagaimana mencari
jalan kebahagiaan sangat tergantung dengan kadar pemahaman seseorang terhadap
ideology atau agamanya. Semakin paham seseorang dengan nilai agama,maka akan
semakin terarah dalam mencari kebahagiaan. Dan demikian juga sebaliknya,
semakin jauh seseorang dengan nilai agama, maka akan semakin jauh dari jalur
kebahagiaan dan akan terjebak dalam lubang kebahagiaan semu. Ironisnya sekarang
ini peminat kebahagiaan semu ini menempati rating pertama dalam kehidupan.
Mengapa bisa demikian? karena semua produk kebahagiaan semu
ini dikemas dengan cover yang menarik serta adanya skenario strategis untuk
menyuapkan budaya tersebut kepada kita semua sehingga perlahan tapi pasti,
sikap hidup seperti ini akan menciptakan manusia-manusia yang hedonis, yang
menjadikan materi sebagai tuhannya.
" Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah suatu
kesenangan dan permainan belaka. Dan sesunggunya negeri akhirat, itulah
kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahui." (QS Al Ankabut : 64).
Jika kita renungkan ayat di atas, maka seharusnya kita tersadar
bahwa Allah telah memberikan peringatan dini kepada kita agar tidak terjebak dengan
kesenangan semu duniawi.Tetapi mengapa peringatan Allah ini seakan sepi dari
peminat ? Tentu akan mudah kita dapatkan jawabannya, karena surga itu sesuatu
yang belum nyata (intangible), walaupun Allah serta RosulNya sudah
menggambarkan indah dan nikmatnya surga, tetapi karena keterbatasan indera mata
kita belum mampu merasakannya.
Manusia lebih condong kepada imbalan yang
bersifat tangible dan instant. Oleh karena itu manusia memerlukan stimulus lain
untuk selalu mengingat peringatan Allah tersebut.Dan salah satu stimulus itu
tidak lain dan tidak bukan adalah manusia-manusia lain disekitar kita.
Asy Syahid Sayid Qutb, dalam tafsir Fii Dzilali Qur'an
mengatakan bahwa buah nyata dari iman adalah amal sholeh, yaitu amal kebaikan yang
dapat kita lakukan baik kepada Allah ataupun kepada manusia. Dan seiring dengan
hal tersebut, Ust Anis Matta, Lc dalam menafsirkan surat Al Ashr mengatakan
bahwa iman dan amal sholeh adalah ciri kesholehan individu, dan untuk menjadi
sholeh secara sosial maka manusia harus melakukan transfer iman dan kenikmatan
yang diterimanya kepada manusia lain, sehingga orang lain dapat merasakan
nikmat yang sama dengan yang kita
rasakan.
Kalau kita renungkan dari tafsir kedua tokoh muslim
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat memotivasi diri selalu ingat
kepada peringatan Allah tentang dunia maka kita dapat menstimulus diri kita dengan
memperbanyak amal kebaikan dengan cara mentransfer kenikmatan yang kita miliki
kepada orang lain yang belum merasakan kenikmatan seperti yang kita rasakan.
Kita dapat memberikan sebagian harta terbaik kita kepada saudara kita yang
kekurangan, terkena bencana, pengangguran dan lain-lain. Tentu harta tersebut
sangat berharga dan lebih bermanfaat untuk mereka dari pada harta tersebut kita
hamburkan hanya untuk kepuasan sesaat. Kita dapat merasakan kebahagiaan dari kebahagiaan
yang mereka rasakan, merasakan indahnya senyum dan keceriaan mereka dan tidak
akan kita lihat lagi mata yang penuh kebencian, kecemburuan dan penderitaan.
Memang tidaklah mudah kita memulai semua itu, karena salah
sifat yang diberikan Allah kepada kita adalah kecintaan yang berlebih kepada harta.
Tetapi sekali kita berani melakukan, yaitu memberikan harta yang terbaik dan
bukan hanya sekedar recehan, maka seterusnya akan ringan untuk melakukannya,
atau bahkan akan terasa ada sesuatu yang hilang apabila kita belum
melakukannya. Dan alangkah indahnya kalau kebiasaan memberi yang terbaik dari
yang kita miliki menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan sebuah gaya hidup. Gaya
hidup para intelektual, eksekutif, selebritis dan seluruh lapisan masyarakat,
sehingga menjadikan sedekah baik berupa infak atau wakaf akan menjadi lebih berkelas
dan tidak selalu identik dengan budaya recehan. Seperti yang dilakukan para
salafush sholeh yang telah mewakafkan ribuan dinar, ratusan onta, kuda, emas,
kebun dan barang berharga lainnya. Kalau para orang sholeh terdahulu sudah
mampu melakukannya, bagaimana dengan kita ?
Kebahagiaan dunia akan kita dapatkan dan nanti di akhirat
para pecinta sedekah akan dipanggil oleh Allah masuk ke surga melalui pintu sedekah,
seperti yang disebutkan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa memberi nafkah isterinya di jalan
Alah, maka akan dipanggil dari pintu surga, 'Wahai Hamba Allah! Ini adalah
pintu kebaikan.' Barangsiapa termasuk ahli salat, maka akan dipanggil dari
pintu al-Shalah. Barangsiapa termasuk ahli
jihad, maka akan dipanggil dari pintu al-Jihad. Barangsiapa termasuk ahli
puasa, maka akan dipanggil dari pintu al-Rayyan. Dan barangsiapa termasuk ahli
sedekah, maka akan dipanggil dari pintu al-Shadaqah...." (HR. Al-Bukhari).
No comments:
Post a Comment