![]() |
Ilustrasi dari google |
Hari/Tanggal : Kamis, 07 September 2017
Narasumber : Pak Adlil Umarat
AYBUN, INILAH TIPS MENYELEKSI BUKU BUAT ANAK AGAR POTENSI DALAM DIRINYA MELEJIT!
=========================================
Aybun, sering gak sih kita ajak anak ke toko buku, lalu kita memberikan kebebasan padanya untuk membeli buku apa saja?
Dulu, saya sering memberikan kebebasan kepada Afiqah untuk memilih buku. Namun, sejak belajar tentang ilmu parenting lebih dalam lagi, kami mulai menyeleksi bagaimana buku yang terbaik yang sesuai tahapan perkembangan dan kebutuhan Afiqah.
Kenapa harus memilih buku yang sesuai tahapan perkembangan dan kebutuhan anak? Supaya si anak mampu menyerap isi buku secara optimal.
Anak pada dasarnya penasaran dengan dunia di sekitarnya. Rasa penasaran itu adalah modal awal yang penting untuk cinta membaca. Kemampuan membaca ini adalah modal yang baik pula untuk mendukung kesuksesan si anak di masa depan. Kita tidak hanya ingin membuat anak BISA MEMBACA, tapi juga CINTA MEMBACA sejak usia dini. Jika hatinya sudah terikat dengan ilmu, tugas kita sebagai orangtua tak terlalu berat ke depannya dalam memotivasinya untuk bertumbuh secara intelektual.
Untuk merangsang minat baca anak, orangtua harus bisa memilah dan memilih buku yang tepat bagi anak, agar dia enjoy, excited, dan happy dalam membaca buku. Ketika rasa penasaran bertemu dengan buku yang semakin menggelorakan semangat membacanya, maka si anak akan belajar lebih lagi, lagi, dan lagi. Orangtua bisa berharap anaknya cinta belajar sepanjang hayat. Jadi, kelak, ketika orangtua sudah tidak ada di dunia, ia tak perlu khawatir meninggalkan anaknya karena anaknya cinta belajar sepanjang hayatnya. Apapun kondisi dan situasinya, ia adalah manusia pembelajar. Manusia pembelajar takkan gampang menyerah. Ia selalu bisa melihat celah, peluang, kesempatan. Jika tak ada kesempatan, ia justru yang membuat sendiri kesempatan itu.
Lalu apa yang terjadi jika kita kurang tepat memilihkan buku untuk anak? Terlebih buku tersebut tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak? Nanti dalam membaca buku, dia bisa frustasi, tidak enjoy, cepat bosan, dan malah tidak mencintai buku, dan tidak suka belajar (baca buku) di kemudian hari. Apa jadinya manusia tanpa ilmu? Meskipun buku bukan satu-satunya sarana belajar dan sumber ilmu, tapi tetap saja, kita telah “membunuh” potensi rasa penasaran anak pada dunia sekitarnya, dengan tidak memberikan stimulus yang tepat di saat usia anak masih di usia dini. Ini berbahaya.
Akibatnya untuk masa depan, banyak para orang yang sudah berumur, tidak suka baca buku. Jika pun mereka hobi beli buku, hanya untuk pemuasan hawa nafsu saja. Belum tentu diserap ilmu yang ada di buku. Sungguh sayang seribu sayang, bukan?
=========================================
Lalu bagaimana sih memilih buku yang tepat buat anak? Pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan agar anak mampu tumbuh potensinya secara optimal? Berikut saya sarikan pengalaman pribadi sebagai seorang Childhood Optimizer Trainer dengan mengamati kondisi toko buku dan pertimbangan pemikiran editor/ penerbit buku.
Pertama, perhatikan tahap perkembangan anak Anda. Di level manakah anak Anda berada? Dalam buku National Geographic Kids, mereka membagi level kemampuan membaca anak ke dalam 4 level: Pre-reader, Level 1, Level 2, dan Level 3.
Level pre-reader, ready to read. Buku diperuntukkan bagi anak jelang ia siap membaca buku. Orang dewasa membacakan bukunya. Anak membaca lewat gambar. Ciri-ciri bukunya, gambarnya satu saja dan ukurannya lebih besar daripada tulisan. Tulisannya pendek-pendek, sedikit, dan gampang diingat. Jadi, gambar lebih dominan daripada tulisan. Untuk buku versi penerbit Indonesia, ada juga yang membuat tulisannya pendek-pendek dan ada rimanya. Jadi, kata-katanya gampang diingat oleh anak.
Level 1, starting to read. Buku diperuntukkan bagi anak-anak yang sudah mulai membaca sendiri. Ciri-cirinya, gambar bisa lebih dari satu fokus, dan jumlah tulisan lebih banyak dari level pre-reader. Ukuran font lebih besar dari pre-reader. Masih di tahap awal membaca, sehingga masih perlu dibantu oleh orang dewasa.
Level 2, reading independently. Buku diperuntukkan bagi anak-anak yang sudah siap dengan kalimat panjang, kosa kata yang lebih kompeks, Ada kata-kata baru yang ditemukan di halaman, namun dalam beberapa kesempatan tertentu, orang dewasa bisa membantunya menjelaskan. Jumlah gambar sudah semakin banyak, dan tulisan juga lebih banyak dari level 2. Ukuran font lebih besar dari pre-reader.
Level 3, fluent reader. Buku ini adalah ideal untuk anak yang sudah bisa membaca sendiri dan siap dengan tantangan kosa kata yang sulit dan variasi berbagai macam bentuk kalimat. Di level ini jumlah gambar dan tulisan hampir seimbang. Tulisan sudah mulai mengecil.
Kedua, upayakan memilih buku yang menampilkan gambar asli daripada gambar kartun atau ilustrasi. Terutama untuk pembelajaran bagi anak usia dini, mereka butuh diinstalasi konsep utuh dan riil tentang berbagai macam benda. Semakin riil, makin baik. Makin tidak riil, malah akan membingungkan anak kelak. Dia bisa salah kaprah sampai dewasa jika salah instalasi konsep.
Jadi, untuk instalasi awal, sebaiknya pilih buku yang menampilkan gambar riil. Kalau gambar truk, ya gambar truk asli, sesuai ukurannya. Kalau gambar jerapah, ya gambar jerapah asli, yang tinggi, dan lebih tinggi dari manusia (di gambarnya disandingkan dan dibandingkan dengan manusia).
Jika sangat terdesak, boleh saja memberikan gambar kartun/ ilustrasi, tapi setelah anaknya sudah jalan nalarnya. Artinya critical thinking-nya sudah ok. Dia bisa membedakan dan mempertanyakan sesuatu dengan pemikiran tajam. Anak sudah bisa membedakan WBU (Warna, Bentuk, Ukuran).
Ketiga, perhatikan kontennya. Pilih konten yang masuk akal, dan tidak mengandung kata negatif. Upayakan tidak terlalu fiksi dulu. Upayakan yang masuk akal dulu, sesuai fakta. Misalnya, ada cerita Serigala memakan Si Kerudung Merah, langsung ditelan tanpa dikunyah, dan orangnya masih hidup di dalam perut si serigala. Ini cerita dongeng yang kurang masuk akal, karena serigala kalau memakan mangsa, pasti mengunyah, dikoyak daging mangsanya.
Jika kontennya cerita tentang Nabi-Nabi, maka gunakan bahasa yang tepat. Orangtua sebagai pendamping anak harus paham maksud, sejarah, cerita sebenarnya tentang nabi-nabi tersebut, sebelum menceritakan kepada anak. Jangan sampai menceritakan tanpa mencaritahu terlebih dahulu makna sebenarnya dari cerita tersebut.
Upayakan cerita yang sejuk, damai, positif terlebih dahulu. Beri gambaran yang positif, indah, baik, sejuk tentang agamanya terlebih dahulu. Jika sudah kuat dan ketika anak sudah bagus nalarnya (mengerti sebab-akibat dan konsekuensi), maka barulah masukkan cerita yang terkait aturan. Setelah itu, baru bisa cerita tentang hal-hal yang hitam-putih tentang neraka-surga. Atau cerita dari nabi-nabi. Misalnya Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Nabi Yusuf diceburkan ke sumur oleh saudaranya. Nabi Yunus ditelan ikan paus. Cari tahu dulu insight dan hikmah dari cerita tersebut, setelah Aybun menguasai, baru ceritakan ke anak. Jadi, jangan sampai dia menjadi takut dengan agamanya sendiri.
Keempat, perhatikan tema dari buku tersebut. Untuk anak usia dini, perlu diperkuat konsep dirinya. Pilih buku dengan tema-tema yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Misalnya, tema tentang keluarga, aktivitas sehari-hari, binatang yang ada di sekitarnya, lingkungan di sekitarnya.
Setelah kuat di konsep diri, anak sudah bisa mengidentifikasi secara apik tentang siapa dirinya, siapa orangtuanya, siapa ring-1, ring-2, maka baru masuk ke tema-tema lainnya. Ini mengikuti cara kerja otak. Mulai dari yang mudah, dekat, baru yang sulit dan jauh.
Kelima, perhatikan bentuk tulisannya. Jangan sampai bentuk tulisannya aneh-aneh, tidak standar. Tulisan standar, huruf besar dan kecilnya jelas terlihat bedanya. Misalnya Times New Roman atau yang mirip jenisnya. Kalau yang agak aneh-aneh, malah anak bisa salah kaprah nanti pemahamannya. Keliru menuliskan huruf besar, huruf kecil. Kenapa? Karena kita baru di fase awal menginstalasi pemahaman tentang tulisan kepada anak usia dini. Biarkan ia belajar bentuk huruf yang “benar” dan standar terlebih dahulu. Setelah “nancep” di otaknya, baru deh bisa belajar huruf-huruf dalam bentuk variasi lain.
=========================================
Demikianlah 5 hal yang bisa dijadikan “pisau analisis” bagi Aybun untuk menyeleksi dan memilih buku yang tepat bagi anak usia dini. Mudah-mudahan dengan diberikan buku yang tepat sesuai tahap perkembangan anak, kita sebagai orangtua mampu mengoptimalkan masa kecil anak kita. Sehingga, dia tumbuh menjadi anak yang cinta belajar sepanjang hayat, suka membaca dan menjadi pembelajar sejati.
#Kajian Parenting Islamiyah
No comments:
Post a Comment