"Ayah Adalah Konseptor Pendidikan Bagi Anak2nya Di Rumah" - FKDI Indonesia

Tuesday, April 24, 2018

"Ayah Adalah Konseptor Pendidikan Bagi Anak2nya Di Rumah"

"Ayah Adalah Konseptor Pendidikan Bagi Anak2nya Di Rumah".

Ustadz Muhammad Didi Ahmadi, S. Pd., S. Psi., M. IKom
Selasa, 6 Maret 2018


Kajian ini sering saya sampaikan dibeberapa kajian live parenting nabawiyah.
Belum lama saya mendapatkan kabar dari salah seorang senior saya, Beliau adalah psikolog dari UI, yang mengabarkan anak2 TK di salah satu daerah jawa, telah melakukan permainan yang tidak lazim dilakukan oleh anak2.

Dimana permainan tersebut dilakukan oleh anak2 laki2, yang saling mohon maaf "mengulum" alat vital temannya, kemudian yang mengulum di kulum juga dengan temannya, sampai seterusnya. (Jadi saling mengulum)

Afwan jika bahasanya kurang sopan, tetapi memang ditulis dengan redaksi & diksi yang demikian.
Ternyata usut diusut yang mengajarkannya adalah pria yang terindikasi LGBT.
Beberapa tahun yang lalu saya menangani kasus seorang pelajar SMA kelas 2, dengan perawakan yang atletis, namun dikamarnya ditemukan pakaian2 wanita berikut denga make upnya.
Kemudian belum lama kami (team saya) menanangani siswi kelas 2 SMA yang menjual dirinya di media sosial, secara fulgar.
Disusul dengan kenakalan pasangan muda-mudi Setingkat SMA yang melakukan hubungan seks di halaman rumahnya.

Bahkan saya pernah menangani konsultasi seoarng siswi kelas 3 SMA yang pernah melakukan aborsi sebanyak 3 kali.
Naudzubillah......

Dari kasus2 nyata diatas, tau kah sahabat penyebab utamanya apa?
Ternyata setelah kami lakukan wawancara terhadap orangtua & orang2 terdekat anak2 ini adalah kurangnya peran seoarang ayah.
Anak2 yang tumbuh berkembang dengan pertumbuhan yang salah, mereka menjadi nakal bahkan menjadi LGBT.

Penyebab utamanya adalah kurangnya peran Ayah.
Memang Ibu adalah Madrasatul 'Ula, sekolah pertama bagi anak2nya.

Tetapi kita sering lupa bahwa sekolah membutuhkan kepala sekolah, guru membutuhkan kurikulum.

Rasanya tak mungkin pendidikan akan berjalan dengan ideal apabila tanpa adanya kelapa sekolah & kurikulum.
Lantas siapakah kepala sekolah & kurikulum yang dimaksud?

Kepala sekolah & kurikulum itu adalah Ayah.
Ayah sebagai Mudiiru Madrasatin (sebagai kepala sekolahnya.
Ayahlah sebagai konseptornya, Bunda hanya guru atau pelaksana harian.
Saya sering "menyentil" para ayah yang sibuk bekerja namun lupa akan perannya di rumah.

LGBT adalah musuh kita bersama.
Kenakalan yang dilakukan anak2 muda kita juga menjadi tanggung jawab kita, terutama para Ayah.
Dari data yang pernah saya dkk kumpulkan, rupanya anak2 laki2 lebib besar prosentasenya yang menjadi gay atau banci dibandingkan anak2 perempuan yang menjadi lesbi.
Bagaimana tidak, keseharian anak2 laki2 di sekeliling kita lebih banyak menghabiskan waktu bermainnya dengan para Bunda nya.

Bahkan di sekolah juga kebanyakan guru2nya para Bunda.

Para ayah sibuk dengan dunia mereka sendiri, sampai lupa dan terkesan tak.mau tau akan pendidikan anak2nya.
Anak2 laki2 sering diajak curhat oleh bundanya di rumah, apalagi saat bunda nya sedang kesal & jengkela kepada ayahnya.

Bunda lupa kalau anak2 laki2 bukanlah makhluk verbal, berbeda dengan anak2 perempuan.

Bahkan anak laki2 karena keseringan dengan bundanya tak jarang diajak arisan, bertemu dengam para bunda2 lainnya, ke salon, dsb.
Peran ibu mengajarkan kelembutan, sedangkan ayah mengajarkan ketegasan.
Rasulullah SAW. Meski Beliau ditinggal oleh Ayahnya sejak dalam kandungan, tetapi Beliau tak pernah kehilangan figur atau sosok seorang ayah.

Figur ayah Beliau dapatkan dari kakek & pamannya hingga Beliau diangkat menjadi Rasul.
Wah......panjang yah, 😁😁

Sementara cukup dulu yah, semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment