Menjadi Wanita Idaman - FKDI Indonesia

Sunday, August 7, 2016

Menjadi Wanita Idaman




Assalamu'aikum warahmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga tercurah untuk kekasih kita Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam.
Sebelumnya hal yang perlu kalian ketahui bahwa saya bukanlah orang yang berilmu, sampai saat inipun kebodohan masih melandaku, dari itu jika ada kesalahan mohon segera di perbaiki, langsung saja.

Intinya semua wanita  ingin “Menjadi Wanita Idaman” namun demikian sekian banyak wanita yang ingin menjadi wanita idaman tapi sedikit yang tau cara menjadi wanita idaman, sebagian mereka berpikir bahwa wanita idaman adalah mereka yang berkarir, ada juga yang menganggap bahwa wanita idaman adalah yang cantik, seksi dan sebagainya, padahal Rasulullah SAW bersabda bahwa wanita idaman adalah wanita yang sholehah, sholehah terhadap orang tuanya, terhadap suaminya, terhadap keluarganya  dan terhadap sesama, intinya kesibukanmu untuk menjadi wanita sholehah harus lebih banyak ketimbang kesibukanmmu mengejar karirmu, dan ketimbang hal yang lain. Jika kamu sudah sholehah maka kamulah wanita idaman.

Ini sedikit yang bisa saya sampaikan, jika ada yg salah mohon di perbaiki.
Saya tidak mengatakan orang berkarir tidak bisa sholehah, juga tidak mengatakan orang yang mempercantik diri tidak termasuk sholehah.

“Rekap Tanya Jawab”

1.Jadi bagaimana untuk menjadi wanita sholehah?


 Penuhi hal berikut untuk menjadi wanita sholehah:
1. Jadilah Ahli Ibadah dan Ahli Dzikir, ini adalah impian para laki2 sholeh, laki2 yang sholeh tidak pernah menginginkan punya istri yang sibuk memikirkan pekerjaan, karir dan sebagainya, mereka hanya ingin istrinya mampu melayani mereka dan anak2nya serta kuat dalam ibadah dan dzikir
2. Tahan amarah.
3. Lemah lembut.
4. Sabar.
5. Tidak crewat
6. Tidak suka ngomel

2.Sholehah terhadap orang tua, suami, keluarga itu yg bagaimana? Bagaimana pula bila wanita tersebut tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga?

 Sholehah terhadap orang tua adalah mematuhi kedunya dan mendo'akan keduanya..
Sholehah terhadap suami adalah taat kepadanya dan sabar dengannya.
tidak hanya sebagai rumah tangga seperti apa bu?

 Keadaan dialami kakak saya ( saya masih belum menikah ),
Jadi apakah sebaiknya kakak saya resign atau bagaimana ya ustadz ?? Afwan jika saya banyak bertanya, karena kakak saya sedang 'galau' karena masalah ini.
Jika berkenan mohon pencerahannya.

Menurut saya jika suaminya sudah kerja, dan kebutuhannya sudah terpenuhi maka ada baiknya klo kakak nya ibu lebih sibuk ngurus anak dari pada karir
(*ini menurut saya lho bu), namun jika karena ada alasan yang di benarkan syari'at ada baiknya dan memang sapantasnya kakak nya ibu Istikhorah

3.Kalau kadar seorang wanita telah dikatakan sholehah itu seperti apa ustadz?

➡ Wanita di katakan sholehah ketika dia mampu menjaga sholatnya, puasanya, zakatnya, dan taat kepada suaminya serta menjaga dirinya untuk suaminya

4.Seorang wanita/ibu adalah madrasah pertama bagi anak2nya, begitu ya ustad ?
Lalu bagaimana jika seorang ibu bekerja sedangkan anak2nya dtitipkan/dirawat oleh nenek dan baby sitter ? Apakah itu berarti wanita yg tidak solehah ?
Dan bagaimana sebaiknya ibu menyikapi keadaan seperti ini ?

Ibu adalah  sekolah pertama.
Kurang baik jika memasrahkan anak kepada nenek/baby sitter,
dalam hadist Rasul yang di katakan wanita sholehah jika mampu memenuhi yang di atas, sebaiknya ibu yang mengurus dan merawat anak, biarkan suami yang bekerja ibu cukup menyibukkan diri dengan ibadah dzikir suami dan anak
Saya tidak mengtakan orang berkarir tidak sholehah, namun sepengetahuan saya ketika tanya ke banyak teman jawabannya mereka tidak ingin mempunyai istri berkarir, karena mereka tidak mau ketika mereka pergi ke barat untuk kerja istrinya berangkat ke timur untuk kerja sehingga anak kurang terurus, lebih dari itu ketika pulang sama2 capek jadi untuk ribut lebih mudah, dan ketika mereka datang mungkin istrinya belum pulang atau mungkin ketika mereka makan  istrinya sudah berangkat duluan..

5.Jika wanita memiliki pendidikan tinggi dan setelah menikah ingin melanjutkan karirnya dan suami tidak mengijinkan. Itu seperti apa hukumnya? Sedangkan niat kita hasil dari bekerja itu untuk anak2 dan membantu suami juga.

Tidak boleh melanjutkan, dan  merupakan kesalahan ketika istri berpikir bahwa suami butuh hasil keringatnya. Suami sholeh akan berprinsip "Istriku Tidak Boleh Kerja", cukuplah bagi wanita melayani suami sepenuhnya, ketika ia berangkat di antar dan di cium tangan serta keningnya, begitupun ketika ia pulang, berdandan rapi serta ternyum ketika ia pulang adalah pelepas kepayahannya

6.Sesungguhnya wanita pun lebih senang untuk menjadi ibu rumah tangga. Namun karena beberapa hal, hal itu tidak terjadi. Dan bagaimana dengan wanita yang mengurus sekaligus menjadi wanita karir, karena keterpaksaan dan keadaan?? Tak mungkin diam dirumah bila keahliannya tidak menunjang untuk diam dirumah. Seperti single parent misalnya? Bagaimana kesholehan mereka dapatkan?

Saya katakan bahwa wanita berkarir bukan berarti dia tidak sholehah, misal yang di contohkan ibu, punya Nak kemudian tidak ada yang bisa menafkahi kecuali dia maka memang kewajibannya adalah bekerja, jika ia mampu menjaga dirinya dari segi pakaian misalnya serta memenuhi aturan agama ya dia termasuk wanita sholehah

7.Sebelum ada ikatan yang pasti apakah seorang wanita sholeha itu boleh berteman dengan laki-laki  seperti sebuah organisasi gitu ustadz terkadang organisasi nya agak bebas itu gmna ustadz?

Menurut saya kurang baik, lagipula ada baiknya jika kita misalnya hendak berorganisasi memikirkan manfaat yang kembali kepda kita, jika dengan organisasi tersebut kita mampu menjadi hamba yang takut dan ingat kepda Allah, maka organisasi itu baik, pun sebaliknya, jika organisasi tidak dapat mengantarkan kita menjadi hamba yang takut bahkan cenderung tidak ingat kepada Allah, ada baiknya di tinggalkan.

Seberapa besar takutmu menjahi laki2 seperti itu juga tingkat kesolehahanmu, semakin takut berdekatan dengan laki2 ya sejauh itu juga kesholehahanmu..
Semoga bisa di pahami.
dan ciri wanita sholeha adalah mampu menjaga sikap ketika dalam majelis, misalnya dia hanya senyum bukan tertawa lepas

8.Saya berencana untuk resign kerja & full merawat anak saya..
Tapi gimana ya ustadz, yg membuat ragu kalau dikantor saya malah bisa full beribadah ustadz. Sambil telepon2, disela2 kerja bs tilawah, zikir, nonton tausiyah, ikut grup kajian islam di WA, sholat tepat waktu, dll
Tapi kalau pas di rumah sulit sekali ustadz. Pasti tersita waktunya buat ngurus anak yg masih kecil, sehingga kuantitas beribadah berkurang. Itu bagaimana ya ustadz?

Ibadah bukan hanya terbatas di dzikir, mendengarkan ceramah atau hal lain yang telah ibu sebutkan, ngurus anakpun juga ibadah, jika selama ibu ngurus anak, waktu ibadah ibu sama sekali tidak tersita, karena ngurus anak adalah ibadah.

9.Ustadz saya mau bertanya
     1. Jika ingin menjauhi teman2 pria dengan cara diam dan muka judes apa boleh? Apakah itu termasuk orang sombong?
     2. Jika tertawa lepas dengan tidak sengaja tp kita tutup mulut bagaimana ustadz?

1. Tidak termasuk orang sombong, tapi judes juga tidak baik, cukuplah dengan diam, menunduk dan menjauh.. (hakikatnya pria sholeh sangat tau yang seperti ini)
2. Tidak sengaja tidak masalah, asal di tutup jangan sampek mengeluarkan volume tinggi

10.Kan wanita idaman itu wanita sholihah, kalau statement banyak orang adalah demikian, bagaimana dengan wanita yg sedah berhijrah/berproses agar lebih baik? Sering kali orang2 kurang memperhatikan itu..

Tentunya tidak ada orang yang sempurna ukhti, termasuk wanita yang baik adalah yang mampu hijrah dari kegelapan menuju cahaya.. walaupun wanita tersebut tidak sampai ke derajat IDAMAN

11.Kadang untuk menuju hijrah, ada sebagian orang yg kurang suka dengan proses hijrah, bagaimana sikap kita untuk menghadapi hal itu

Hidup jika berpatokan kepada orang lain sulit menemukan ketenangan, misal ketika mau hijrah takut di bilang ini dan itu oleh orang lain. Cukuplah dalam hidup hanya Allah, taruh Allah dan Rasulnya dalam hati, jika baik menurut Allah maka lakukan jika tidak baik menurut Allah maka tinggalkan tanpa menghiraukan kicauan orang lain..

12.Jadi, saya punya teman sejak waktu smp, kami sudah mengenal cukup lama. Sewaktu umur kami sekitar 18 tahun, dia mau khitbah saya, dan kakek saya pun bilang " ga apa apa dinikahin aja", cuma dari pihak orang tua saya ga setuju, karena kami masih muda, dan saya pun masih kuliah, papa takutnya ke ganggu dengan kuliah saya, trus kalo dari pihak laki laki nya insyaallah sudah bisa menafkahi, karena sudah bekerja, tapi orang tua nya pun ingin dia memiliki rumah dahulu. Jadi menurut ustad gimana? Apa yang harus saya lakukan? 

Pertama tunangan terlalu lama tidak baik,
ke2, jika memang ukhti ingin menikah haram bagi orang tua ukhti melarang ukhti dengan alasan "takut kuliah terganggu". Ini juga yang harus di perhatikan oleh orang tua juga, kaula muda yang sudah ingin nikah bahwa kesuksesan itu bukan sekolah yang tinggi tapi kesuksesan adalah hati yang takut kepada Allah di sertai amal perbuatan, maka hal sangat di sayangkan ketika seseorang mengukur kesuksesan adalah gelar, akibatnya sesorang yang sudah ingin nikah tapi terhalang karena masih kuliah (menunggu selesai) kemudian dia sampek berzina, maka sekalipun ia gelarnya tinggi dan menjadi orang mulia di sisi manusia tanpa ia sadar ia sangat hina di sisi Allah.


Jika ukhti sudah siap nikah, dan ada pria yang siap menikahi ukhti maka sebaiknya ukhti nikah, yang harus ukhti lakukan adalah memberi penjelasan kepada orang tua ukhti pun demikian kepda orang tua pria yang ingin menikahi ukhti..

No comments:

Post a Comment